Selasa, 27 Desember 2011

Alasan Aku Sangat Merindukan Keluargaku

Benar-benar rindu adat di rumah yang seperti ini...
1. Kami tidak pernah saling menyapa dengan panggilan-yang mungkin bagi orang terdengar akrab- -mu atau 'kamu', kami selalu menggunakan 'Anda', misal 'itu buat anda, ibu...', 'bagaimana kabar anda, nak...'
Mungkin banyak yang berpikir kalau itu aneh dan kaku, tapi itu menjadikanku merasa diri seperti Princess yang kata-katanya baik dan rapi :))
2. Kami saling menjaga diri untuk sedikit bicara kecuali saat-saat senggang, misal malam hari setelah magrib. Pun kami tidak suka saling meledek atau berbicara kasar meskipun cuma bercanda.
3. Kami memulai hari pagi sekali serta tidur lebih dini.
4. Kami tidak suka bercanda terlalu sering dan berlebihan
5. Kami selalu saling memberi hadiah-hadiah kecil pada waktu-waktu tertentu, secara diam-diam
6. Kakakku satu-satunya, tidak pernah berbicara kasar terhadapku serta sangat menghargaiku. Saya pun tidak ingat kapan terakhir kali kami ada cekcok. Sepertinya tidak pernah. :) Semoga senantiasa begitu.
7. Keluargaku saling berbicara dengan kata-kata lembut dan penuh kasih.
8. Kami sangat menghargai hal-hal kecil
9. Ibu mengatur keuangan dengan sangat cerdas, sehingga keluarga kami sederhana namun tidak sempit-sempitan, alhamdulillah...prinsip yang ibu ajarkan adalah 'Allah-lah yang menjadi sandaran kita, bukan pekerjaan atau penghasilan'
10. Ibuku, meski bukan seorang ahli agama, menjadikan Allah sebagai psikolog pribadi keluarga kami.
11. Kami sangat menghargai kesibukan masing-masing.... :)
12. masih baaanyaaak lagiii

Senin, 26 Desember 2011

Mendung

Kini aku tahu bagaimana rasanya,
melangkahkan kaki melebihi palang pintu,
lalu menghilang di atas roda-roda ke arah kerucutnya jalan.
orang-orang di belakangmu akan tersenyum, bersiap menanti warnanya yang kau bawa serta.

lantas di sana, sendiri kau menangis. Ternyata ada kalanya rindumu menumpuk, lalu kau ingin pulang.
namun alam belum mengizinkan. Kau pun lanjut menangis. Lalu satu satu orang-orang menemuimu, kau bergurau dengan mereka dengan senyum terpasang sumringah.

Padahal,
Kau sedang menangis.
Sedang tak ada dari mereka yang tahu,
Memang. Tak perlu, kurasa.

Renunganku

Ketahuilah Saudaraku, 
Ada Prinsip-Prinsip Dasar Yang Tak Boleh Dilanggar Saat Kau Berjalan Menuju Alloh ‘Azza Wa Jalla. 
Penting Kau Catat Bahwa Orang-Orang Terpilih Saja Yang Menghabiskan Hidup Untuk Perjalanan Melelahkan Ini. 
Bila Engkau Ditakdirkan Menjadi Sebagian Dari Mereka, Maka Bersukacitalah, Dan Berusahalah Istiqomah Diatasnya.

Minggu, 25 Desember 2011

Mengapa Han Mulan?

Karena Mulan tetaplah wanita.
meski ia tangguh, keras seolah tak punya rasa iba, bahasanya tegas, serius, dan ekspresinya kaku dengan pandangan yang tajam, atau...ia bisa memerintah dengan suara lantang ratusan pasukan yang kesemuanya laki-laki,


Diam-diam...saat semuanya telah pulas, sunyi pun mulai merambati malam, ia menangis.
Hatinya letih dan lemah, ada sudut kecil dan sempit yang kosong, dala kalbunya.
Yah...sebab dia seorang wanita. Lemah dalam kuatnya, lembut dalam tegasnya.

*Aku pernah mengatakan kepada kawanku-dalam diskusiku dengannya-bahwa kuatnya wanita dan pria itu berbeda. Jika kuatnya pria serupa kuatnya beton, maka kuatnya wanita serupa kuatnya karet. Kuatnya pria keras dan kaku, mudah retak, dan retaknya parah...sedangkan kuatnya wanita sebab ia bisa bertahan dan 'kembali ke semula'...seolah tak terjadi apa-apa...

:)

He chose her, I choose Him.


An extra cold rain of today.


He knows, He understands. :)

Sabtu, 24 Desember 2011

Untuk kesekian kalinya, Ibu...

Aku pengagum senja,namun bukan yang di wajahmu
aku bisa lupa makan dengan sekedar mengingat senyummu
aku bisa insomnia menanti rentetan cerita harimu yang indah
aku bisa bangun dengan wajah berseri cukup dengan mengingat semangatnya suaramu

Ibu,
aku tak bisa langsung memberi apa-apa yang kau mau,
namun aku bisa usahakan sedikit hal untuk mengundang senyummu,
lalu kau tenang, pun itu membuatku tenang.

Jumat, 23 Desember 2011

Nasihat Seorang Saudari (Terharu T_T)

Nasihat dari mba Nawang Wulan n_n

kumohon untukmu...

Teruslah berjalan perlahan walaupun hanya ada dirimu

Teruslah mengepakkan sayapmu walaupun ada angin kencang yang berhembus

Teruslah terbang tinggi kerahkan tenagamu lihatlah keindahan alam semesta ini

Janganlah berhenti titik menjadi kalimat yang tak bermakna

warnailah dunia dengan keanggunan dan keteguhan sikapmu

Cintailah dunia karena keAgungan Nya

Rindukanlah kan perjumpaanmu dengan Nya

Dari sini nih.... https://www.facebook.com/nwcute/posts/332000346810292?notif_t=mentions_comment

Jazakillahu khairan mba....nasihat ini sangat indah...subhaanallah...

Kamis, 22 Desember 2011

Nothing but Him :)

Alhamdulillah...Allah masih menegur kealpaan saya. Berkali-kali hamdalah untuk itu.
Betapa tidak, dari beberapa waktu yang lalu saya merasa agak jauh dariNya. Mendengar ayat-ayatNya pun sekedar berlalu saja, padahal it used to be menggetarkan jiwa.
Saya mulai introspeksi, masyaAllah... betapa banyak keburukan yang saya miliki... dan begitulah saya sebagai manusia, tak bisa dipungkiri.
Namun lagi-lagi saya ternganga menghadapi segala kebesaran Allah. Setelah Dia menegur melalui kerasnya hatiku, Dia lalu memberi hadiah, sangat indah...
:)
Tapi....Nanti setelah semua kelar, insyaAllah saya bagi di sini...:)

Terima kasih kawan pembaca...

Saling Berbangga dengan Harta

By Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Kita paling tidak bisa lepas dari sifat yang satu ini. Jika memiliki harta berlebih, handphone yang smart, yang terlihat mentereng dan mahal, pasti  ingin sekali dipamer-pamerkan. Selalu berbangga dengan harta dan perhiasan dunia, itulah jadi watak sebagian kita.
Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk merenungkan surat berikut ini.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)
Saling Berbangga dengan Anak dan Harta
Inilah watak manusia saling berbangga dengan keturunan dan harta. Lihatlah bagaimana jika kita memiliki anak yang pintar, pasti akan dibanggakan. Begitu pula ketika kita memiliki harta mewah, sama halnya dengan hal tadi.
Ibnu Jarir menyebutkan tafsiran ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” dari Qotadah. Maksud ayat tersebut adalah seperti menyatakan, “Kami lebih banyak dari keturunan si fulan, atau keturunan A lebih unggul dari keturunan B. Kebanggaan itu semua melalaikan hingga mereka mati dalam keadaan sesat.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 598-599)
Yang dimaksud berbangga di sini adalah dalam harta sebagaimana tafsiran sebagian ulama. (Lihat Tafsir Ath Thobari, 24: 599)
Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut hingga datang maut dan hingga di alam kubur ketika kalian menjadi penghuni alam tersebut.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)
Al Hasan Al Bashri berkata mengenai ayat di atas, “Berbangga-bangga dengan anak dan harta benar-benar telah melalaikan kalian dari ketaatan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)
Harta dan Kebanggaan akan Sirna
Berbangga-bangga seperti di atas sehingga membuat lalai dari ketaatan baru berhenti ketika seseorang masuk ke alam kubur.
Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,
يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى - قَالَ - وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ
Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ
Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959)
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Bukhari no. 6514 dan Muslim no. 2960)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَبْقَى مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ وَالأَمَلُ
“Jika manusia berada di usia senja, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.” (HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Al Hafizh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq menyebutkan biografi Al Ahnaf bin Qois –nama yang biasa kita kenal adalah Adh Dhohak-, bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,
أنتَ للمال إذا أمسكتَه ... فإذا أنفقتَه فالمالُ لَكْ ...
Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,
Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 443)
Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.
Sekali-kali Lihatlah Orang di Bawahmu
Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي
Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): (1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. ...” (HR. Ahmad, 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)
Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)
Mengapa Mesti Berbangga-bangga?
Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta hanyalah titipan.
Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang bermanfaat jika digunakan dalam kebaikan.
Semua yang digunakan selain untuk jalan kebaikan, tentu akan sirna dan sia-sia.
Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.
Al Qurthubi pernah menerangkan mengenai ayat berikut ini,
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7). Beliau berkata, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ”
Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan  yang besar yaitu SURGA.” (Tafsir Al Qurthubi, 17/238)
Raihlah surga Allah, raihlah jannah-Nya. Itulah yang mesti kita cari dan kita kejar.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikanSesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة
Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.
Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR. Muslim no. 2721)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Referensi:
  1. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah.
  2. Tafsir Al Qurthubi (Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an), Muhammad bin Ahmad Al Anshori, terbitan Dar Ihya At Turots, 1405 H.
  3. Tafsir Ath Thobari (Jaami’ Al Bayan li Ta’wili Ayyil Qur’an), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thobari, terbitan Maktabah Hijr.



@ Waktu barokah saat Allah memberi taufik menorehkan faedah, Ummul Hamam, Riyadh KSA, 25 Muharram 1433 H

Selasa, 20 Desember 2011

Aku bangga jadi anak desa


By Hani Fahrezi
Biasanya seseorang sedikit agak malu jika ditanya berasal dari mana, yang notabene orang tersebut berasal dari desa. Mulai sekarang hilangkan rasa malu dari dalam diri anda. Jadi anak desa tidak selamanya “kampungan” dalam arti ketinggalan dari segala hal bahkan termasuk kategori primitif.
Jika di suruh memilih, kebanyakan dari anda akan memilih kota sebagai tempat tinggal daripada desa. Dengan berbagai hala yang diperhitungkan misanlnya ketersediaan fasilitas publik, jika di kota telah tersedia bahkan terlalu cukup, sedangkan di desa yang serba belum ada, masih tradisional dan sebagainya.
Di sini saya akan mengubah persepektif anda mengenai desa. Pertama, kehidupan desa tidak seperti kebanyakan orang pikirkan. Kehidupan di desa sangatlah berbeda dengan di kota, masih kuatnya sikap kekeluargaan, toleransi, tolong-menolong, dan gotong-royong. Keadaan ini sangatlah nyata, ambilah contoh saat suatu keluarga akan mempunyai hajatan pernikahan anaknya, maka para tetangga akan bantu-membantu, mulai dari menyiapkan keperluan pernikahan sampai acara pernikahan di langsungkan. Tak harus berupa materi tapi tenaga dan pikiran juga sangat mendukung. Jika dibandingkan di kota ? saya percaya masih ada, namun prosentasenya sangat sedikit, kebanyakan orang kota menggunakan jasa “event organiser”, tak perlu capek-capek mengurus acara, tinggal bayar dan jadi. Sebenarnya yang saya tunjukan ini adalah perbedaan sikap yang mencolok antara orang kota dan desa.
Kedua, keadaan desa yang lebih nyaman untuk tinggal daripada kota, anda tahu kenapa ? yah memang tidak dipungkiri lagi keadaan di kota-kota besar tergambar jelas, gedung-gedung pencakar langit berdiri, polusi tak terkendali, lahan hijau telah disulap menjadi perumahan, apartemen atau pusat-pusat perbelanjaan. Bandingkan jika di desa, rata-rata setiap rumah mempunyai lahan luas untuk mendirikan rumah, dalam hal ini akan menimbulkan suatu kenyamanan yang mungkin susah untuk di dapatkan di pusat kota. Memang benar fasilitas apartemen sangat didampakan setiap orang, namun jika di banding menikmati pematang sawah yang hijau, sejuknya udara, pemandangan yang tak akan dijumpai di apartemen anda itu.
Ketiga, tinggal di desa itu dapat meningkatkan atau melatih diri anda, maksudya apakah di kota tidak ? bukan begitu, masyarakat desa dengan segala kekhasannya, mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Masyarakat desa kebanyakan mempunyai rasa sensitif yang kuat, toleransi yang tinggi, dan jangan salah kebanyakan anak desa yang kadang di sepelekan ini juga dapat berprestasi seperti anak kota. Kembali lagi ke topik sebelumya, kenyamanan tinggal di desa itu tidak bisa dibeli dengan uang. Saya yakin para pemilik uang yang ber M an itu kadang bosen dengan hidup dan kadang mencari sesuatu yang hilang atau untuk mengobati jiwanya yang haus dengan rasa nyaman.
Saya tidak secara langsung menyuruh anda untuk berbondong-bondong mendirikan rumah, atau memindahkan apartemen anda itu ke desa, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita saling menghargai keragamaan budaya dan kebudayaan yang ada di negeri kita ini, tanpa desa, kota akan sulit berkembang dan sebaliknya, jadi pada dasarnya kita ini saling membutuhkan satu sama lain.
Aku bangga menjadi anak desa, aku bangga dengan hidupku sekarang, walaupun aku ini anak desa, akan ku buktikan bahwa anak desa juga dapat berkontribusi untuk negara.
Salam hangat
Anak Desa

Sabarlah....

"Kesabaran. Kuncinya kesabaran," kataku mengulangi ucapan ibuku dari jauh sana. Ada banyak hal yang membuat seseorang berhenti sebelum garis finish, salah satu yang paling ampuh adalah kurangnya kesabaran. Wajar memang. Ketika kita melakukan suatu pekerjaan yang rutin, badan dan pikiran kita akan berputar-putar di sekitar itu juga. Apalagi kalau ada oknum yang mengekang dan hanya memberi sedikit lahan variasi dan inovasi. Siapapun akan mudah menyerah dan pergi. Lalu membangun alasan untuk menjaga muka. Lantas, di luar lingkaran itu, ia akan berteriak lega, "itu memang bukan jalanku, hakku untuk meninggalkannya!"

Oke, kembali lagi, tiba-tiba aku ingat nasihat salah seorang saudaraku yang begitu baik. Ia dengan pelan, seraya tersenyum, berbisik kepadaku, "Berdirilah, berjalanlah, lalu pelan-pelan berlarilah...! Kesannya kamu kok rela menyesal seumur hidupmu daripada bersabar selama 4 tahun?Banyak yang mendukungmu, yang mencintaimu, yang mendoakanmu siang dan malam... Kenapa kau tidak mengingat mereka? Jangan egois yah..."
Aku masih tidak bisa lupa kata-kata halusnya yang tegas itu. Dan aku bisa bernafas lega saat mengingatnya.







Semoga Allah menjaga semua orang-orang baik yang hadir dalam kehidupanku; ibu ayah kakak serta keluargaku semuanya, sahabatku, saudaraku, serta kawan-kawanku, serta kepada orang yang pernah bercokol setahun dalam hatiku yang seharusnya belum ia tempati (alhamdulillah, hanya di hati, tidak sampai diketahui ybs :D)
Kalian membentuk diriku.