Rabu, 11 Mei 2011

Salammu...

Aku ingin memberi salam padamu,
sesaat sebelum aku pergi,
lalu kuberimu bunga
kumintamu mengirimkan wanginya,
Ketika pagi dan malamku hangat,
Di bawah langit dimana mataku penat dan hidungku tersekat,

Aku masih merajut selimut untuk mimpimu,
untuk interogasi manismu di ujung petang,
saat keresahan-keresahan hati kita bertengger di dahan-dahan kepala,
Ketika payah dan letih menumpahi paru-paru,

Aku hanya ingin mendengar salammu,
seberapa waktu sebelum Orion dan Sentaurus berdansa,
Di atas negeri kemarau.

Selasa, 10 Mei 2011

I don't care your floppy care

Mengatakan 'I don't care', bagi seorang introvert, bisa berarti teriakan "mohon jangan ganggu saya" darinya, atau mungkin ungkapan "setrika bajumu sendiri, tidak perlu repot-repot mempermasalahkan baju lusuhku." Seorang introvert cenderung tidak ingin berpanjang lebar dalam mengatakan sesuatu, dan bahkan ia akan mengusahakan kalimat sesingkat mungkin yang bisa membuatmu paham maksudnya dengan tanpa menyakiti hatimu. Nah, I don't care inilah yang merupakan realisasi ter-hebat dari kalimat yang ia usahakan seminimal mungkin.

Pernyataan 'I don't care' saat berada dalam suatu perkara sebenarnya tidak sekedar bermaksud kalau sesorang TIDAK mau peduli dengan keadaan itu. Akan tetapi hal ini lebih kepada ketidak inginan individu tersebut untuk memPERMASALAHkan hal itu pada saat itu. Sayangnya, orang-orang disekelilingnya, entah karena ketidak dewasaan nalar individu tersebut, atau dengan memunculkan egoisme kita katakan, orang-orang itulah yang belum dewasa, mereka cenderung memojokkannya, menganggapnya benar-benar sudah jauh 'tersesat' ke dalam ketidak pedulian yang akan membawanya pada kesialan seumur hidup yang berujung pada neraka yang akan melahapnya habis, padahal tidak sama sekali!

Patut setiap orang ketahui bahwa ada saat dimana puncak keletihan dan kejenuhan membebani hati dan pikiran seseorang, sedangkan ia tetap berusaha aktif dalam aktivitasnya dengan sedikit topeng orang kuat yang ia kenakan. Namun, tentu saja, hatinya yang terpancar ke wajahnya, tidak akan bisa berbohong, rintihannya tetap terdengar, 'aku letih'. Sadisnya, orang-orang sekelilingnya seolah menutup mata, tidak melihat signal itu dari diri orang tersebut dan langsung menghakiminya dengan vonis mematikan, "kau harus peduli!, ini masa depanmu!". Tentu saja, orang tersebut akan semakin memperjelas teriakan 'I don't care'-nya sebagai notifikasi bahwa ia tidak ingin  diganggu, atau tidak ingin membahas hal tersebut hingga ia lebih kuat, atau lebih tepatnya, ia mengatakan, "tak punya kah kau urusan yang lebih penting dibanding urusanku ini?" Perlu juga untuk diketahui orang-orang, ada kalanya sesorang punya masalah dan demi harkat ia tidak membiasakan diri membaginya, ia berusaha menjadi kuat dengan menyimpannya dan berharap untuk melupakannya, nah, masalah inilah yang sedang menggantung di otaknya, hingga membuatnya mengeluarkan kalimat yang memiliki makna antara letih dan berusaha kuat, "I don't care", yang bisa dipanjangkan menjadi, "I don't care your floppy care, at this time"

Senin, 09 Mei 2011

Catatan Harian Ibu

Nak, ingin Ibu bagi beberapa kata ini untukmu…
tahukah engkau,
ketika engkau lahir, serasa Allah menggenggamkan kepadaku segenap langit dan bumi,
kutatap wajahmu dengan penuh kepuasan dan rasa syukur,
ah,betapa gembiranya aku,
engkau benar-benar pelita hari-hari gelapku, penyemangat hari-hari sepiku,
Nak, wajah lugumu menjadi nafas hijau dalam menjalani hari-hariku,
kutaruh harapan di setiap bagian tubuhmu,
kelak engkau akan sukses dan menjadi cahaya ibu, ayah, dan dunia
Nak, hari-hari yang sebenarnya,kadang ibu ingin mengikatnya, andai bisa…
agar tidak beranjak dan membawamu jauh,
…ternyata datang juga,
anakku sayang yang dulu kecil mungil, lugu, dan selalu tertawa renyah saat kupeluk, kini tlah dewasa,
anakku sayang yang dulu berjalan tertatih, kini tumbuh dengan badan tegap dan gagah,
Nak, hari yang kau tunggu-tunggu, namun sebenarnya berat bagiku, kini tiba juga,
semua barang-barangmu telah kau kumpulkan dalam tas besarmu,
tinggallah baju kanak-kanakmu yang tersisa satu-satu, yang mengkisahkan gerak lincahmu saat masih balita, kini terlipat rapi di dalam lemari,
Kau akan pergi Nak…,mencari ilmu di tanah seberang…
Ibu sejujurnya sangat bahagia,
namun…sekali lagi, anakku sayang …kini engkau akan pergi…
…….
Nak, kini kau jauh, mungkin kini sedang sibuk belajar atau bercengkrama dengan teman-temanmu,
entahlah Nak,
yang penting bagi Ibu, engkau sedang bahagia,
Nak,tahukah engkau,
Ibu tidak akan lemah, Ibu tidak akan berhenti berjuang untukmu,
uang kuliahmu, uang sehari-harimu, semua akan tertutupi,
ibu janji..
Nak, tahukah engkau,
Ibu dan ayahmu kini sudah terbiasa dengan yang namanya ikan kering, asal engkau di sana makan enak,
tidak apa-apa nak, tiap hari Ibu mungkin berjualan keliling, dan ayah berangkat subuh pulang malam  untuk menggarap sawah sepetak, agar engkau bisa membeli apa yang kau inginkan,
tenanglah Nak, tidak apa-apa, asal engkau bahagia, asal engkau menjadi orang,
tenanglah Nak, Allah akan menolong Ibu…
Nak, semangat Ibu tidak akan redup,
mengapa?
karena bahan bakarnya selalu ada,
ketika ibu dan ayah bekerja keras hingga mandi keringat setiap hari, lalu kami berhasil mengumpulkan uang untuk membiayaimu, maka semua serasa terbayar, semangat kami pun semakin memuncak,
ketika Ibu lelah dan hilang semangat, lalu kudengar suaramu, meskipun sebentar, sebab engkau mungkin sedang sibuk, yah, Ibu pun mengerti, namun itu sudah cukup untuk menguatkan Ibu..
yah, alhamdulillah…anakku baik-baik saja…
dan kadang-kadang pula engkau pulang, mungkin setahun sekali…
Ibu rasanya ingin menggenggam waktu…agar Ibu bisa terus memandangmu…
namun ibu tidak berdaya, hari-hari pun serasa berlari, hingga waktu kembali membawamu jauh dari Ibu…
tapi tidak apa-apa Nak…asal engkau bahagia…
Tahukah engkau Nak…
usia ibu semakin senja,
namun ibu tetap yakin akan melihat engkau pulang dengan membawa wajah kesuksesan, buah dari doa-doa dan kerja keras Ibu dan ayah selama ini,
namun, jika usia Ibu tidak sampai pada masa itu, cukup doamu yang kutunggu nak, semoga engkau ingat…bahwa cinta ibu sangat tulus…
sangat tulus…
sampai-sampai Ibu pun tidak bisa menggambarkannya…
mungkin hanya Allah-lah yang tahu Nak…
Nak…ibu juga ingin agar engkau selalu ingat, bahwa ada seorang wanita yang begitu menyayangimu, sampai-sampai kalau kamu sakit, nafasnya pun ingin ia bagi untukmu…
itulah Nak…betapa ibu mencintaimu…
Anakku…tiap tahajud, Ibu akan selalu mendoakanmu…
Anakku…semoga Allah menjagamu…
hingga suatu masa tiba, perjalanan hidup membawamu kembali…

Minggu, 01 Mei 2011

Konfirmasi Tiga Kata

Dan kau terus menanyakan hal yang sama, berulang-ulang. Aku memberitahumu hari ini, besok kau tanyakan lagi, dan lagi. Bahkan seperdelapan jam yang lalu aku katakan, dan engkau tanya lagi. Jujur, aku pernah sedikit kesal dengan perilakumu itu. Apakah mesti aku ulang-ulang untuk menjawabnya? Terus dan terus menjawab hal yang sama dan dari pertanyaan yang sama. Aku pernah kesal. Iya, aku pernah kesal, dan bertanya-tanya, “ada apa dengan pertanyaan tiga kata dibubuhi sapaan manis tiga huruf itu?”Tapi tenang, tenanglah Ibu... tangan-tangan waktu yang telah agak kekar mulai lihai menyingkap tabir pikiran dan hatiku. Pertanyaanmu yang sama dan berulang-ulang, dengan kalimat tunggal dan sederhana, dengan nada interogasi yang lembut selalu sama ritmenya, dengan agresifitas keingintahuan yang tulus dan ikhlas, engkau sebenarnya tidak sedang mencari informasi, melainkan konfirmasi...

“Kapan kau pulang, nak?” atau “Kapan ujian akhir, nak?”

Dari kalimat tiga kata dan sapaan tiga huruf, aku temukan:
tiga masa; dulu, kini, dan nanti, tentang cerita dan peluh kita.;
tiga cinta; cintamu yang kau jaga, cintaku yang engkau yakini, cinta-Nya yang engkau sandari;
tiga rindu; rindu untuk bertemu, rindu untuk membagi, rindu untuk mencintai;
Tiga wanita; aku yang belajar, engkau yang mencintai, aku yang akhirnya paham dari cintamu
...dan tiga huruf yang tulus memberi; ‘nak’...menaungi tiga hurufku yang payah namun engkau cinta;’Ibu’


Rawamangun, Satu Mei Duaribusebelas
Dibawah langit yang berselimut, kedinginan, mengeja tiga kata.
'aku ingin menangis' atau 'aku sedang letih'