Rabu, 27 Oktober 2010

Wanita-wanita Syurga...(a part of Wanita-wanita Syurga Novel...)

kau temukan rindu saat senja,
ketika kicau-kicau burung yang tlah bermuara pulang bersuka cita,
ketika daun nyiur menari menyalami nelayan hendak melaut,
ketika percikan rona mentari terbias alam merias permulaan malam,
ketika hati menyeru nostalgia-nostalgia berhias tawa bahagia,
dahulu kala, saat raga masih di dimensi yang sama,
ah, sama… begitupun hatiku dengan rindu yang masih sama…
atau mungkin lebih parah…
(London, August 23, 2010. From Aisyiyah to her beloved mother)

aku melamun…, semakin larut…
malam itu hawa Eastcote, sebuah kota di tengah-tengah London, agak dingin.
Tiba-tiba…
“Teng teng teng…teng…teng… !!!”

J

am mendentang duabelas kali, bagai teriakan sirene yang menyuruhku tidur. Hatiku protes. Aku sudah sering terganggu oleh jam besar itu.  Tapi bagaimana bisa tidur?, sedangkan tumpukan kertas yang ada di depan wajahku masih sinis menantangku. Ia menguji nyaliku, sampai kapan aku akan tahan menghadapinya. Ah, sungguh, kertas-kertas itu ikut-ikutan menambah kesalku. Puas aku memandanginya,  kutorehkan wajah ke arah jendela yang tak jauh dari meja tempatku menjamah setumpukan kertas sejak sebulanan yang lalu, atau mungkin lebih tepatnya tempat tidurku akhir-akhir ini. Ya…, mengerjakan, mengoreksi, mengerjakan, mengoreksi. Itu-itu saja yang terjadi di meja itu. Dan semua itu paling ampuh meninabobokan aku. Apalagi jika membayangkan wajah dosen penguji yang akan kuhadapi, yang akan terus menyerocos mempertanyakan isi tumpukan kertas itu. Ah, kepalaku makin berat membayangkannya. Duhai tesisku…
Aku menggeser  kursi yang dari tadi kududuki, dan berdiri pelan. Aduh!, tulang-tulangku terasa ngilu. Capek sekali. Ingin sekali rasanya dimanjakan kalau sudah dalam kondisi seperti ini. Ingin sekali dapat manjaan dari seseorang yang lemah lembut. Orang yang aku selalu menyebutnya sebagai pahlawan. Seorang wanita yang tak sekedar luar biasa, tapi sangat luar biasa. ”Ibu,…”, “ibu…”, “ibu,…”. Tanpa sadar, aku terus mengulang kata itu. Dan, tak bisa aku pungkiri lagi, kerinduanku pada beliaulah yang mengantarku pada lamunan panjang tadi. Aku menarik nafas berat, lalu  menghembuskannya. Rindu itu benar-benar telah mengurungku selama berbulan-bulan. Rindu itu terus merangkulku. Sudah empat tahun. Wajah yang sumringah nan bijaksana itu tidak kutatapi lagi. Tangan nan pengasihnya tak kujabat lagi. Ya, empat tahun yang lalu, di Indonesia.
Aku mematung. Kembali menatap jendela. Kali ini tidak sekedar kusen-kusennya, tapi jauh menerawang ke luar. Pandanganku menelusuri gedung-gedung yang lampunya masih berbinar, kemudian pindah ke arah taman kota yang kira-kira 20 meter dari rent houseku. Di luar masih ramai. Memang beginilah london, sejak dulu sampai sekarang ramainya. Aku sedikit memuji London. Cuma sebentar, hatiku kembali bergejolak. Perlahan aku mendekati jendela itu dan menyentuh kacanya. Lumayan berembun. Jendela berukuran 1x1 meter yang dilengkapi kaca riben itu sepertinya akan menggigil bulan ini. Ia harus kuat menahan taburan-taburan salju yang mulanya seukuran butir gandum, sampai yang sebesar buah blueberry. Aku kembali menyentuhnya, dan segera menutupnya rapat-rapat. Setiupan angin sempat mengelus wajahku. Jilbabku sedikit terlambai. Aku buru-buru membenahinya.
Tak lama, setapak demi setapak langkah kecil terdengar tertata menuju ke kamarku. Aku hanya acuh. Tapi tiba-tiba suara itu langsung berganti jadi suara anak gadis. Jernih sekali....

bersambung...

Senin, 25 Oktober 2010

Rahasia Menembus Beasiswa ke Luar Negeri

Rabu, 06 Mei 2009 11:36
GEMA-Beberapa pekan terakhir ini banyak media massa yang menggembar-gemborkan
santernya beberapa Perguruan Tinggi (PT) di Singapura yang berburu mahasiswa brilian di
Asia, termasuk Indonesia.
Mereka rencananya akan dikuliahkan di Singapura dengan beasiswa dan pemberian Tuition
Grant (subsidi biaya kuliah) dari PT yang hunting mahasiswa brilian itu. Adalah Nanyang
Tecnological University, National University dan Singapore Management University, tiga di
antara universitas di Singapura yang mencari anak-anak bangsa Indonesia yang berprestasi
untuk dididik secara intens agar menjadi insan yang berilmu tinggi.
Belum lama ini, US Department of State, salah satu lembaga pendidikan yang dimotori oleh
menteri luar negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton ini juga menawarkan beasiswa bagi
mahasiswa internasional.
Saat ini, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang patut berbangga
karena satu diantara sekian ribu mahasiswanya terpilih menjadi mahasiswa ya ng dikirim ke
Amerika untuk berkesempatan belajar disana. Siapakah mahasiswa yang berhasil lolos seleksi
untuk belajar di negeri Barrack Hosein Obama itu?
Ia adalah Nanang Zubaidi, mahasiswa fakultas Humaniora dan Budaya Jurusan Bahasa dan
Sastra Inggris UIN MMI Malang. Ia berhasil lolos menembus seleksi penyaringan mahasiswa
penerima beasiswa dari US Department of State. Nanang (demikian ia disapa) patut berbangga
dengan prestasi yang telah diraihnya itu. Pasalnya, untuk bisa mendapatkannya perlu
perjuangan yang tidak ringan.
Arema yang lahir pada 5 Juni 1987 ini harus menyingkirkan sejumlah “saingannya” dari
berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Setelah mengikuti seleksi yang cukup ketat, yang meliputi tes tulis dan wawancara yang
dilakukan di Unair, akhirnya ia dipastikan akan berangkat ke Amerika pada akhir Juni nanti.
Dengan tujuan OHIO University di kota Athens, USA.
Beasiswa yang berupa kesempatan belajar selama 8 minggu di universitas tersebut,
rencananya akan ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Saya ingin mendapat dan memberikan yang terbaik.” Begitulah tutur mahasiswa yang pernah
menjadi President of Advanced English Debate Community UIN MMI Malang ini. Program di
OHIO University nanti menurutnya adalah seputar belajar bahasa, budaya, dan politik. Semisal
program kerjasama UIN dengan DEIKIN University kemarin. Menariknya disana mahasiswa
internasional, termasuk mahasiswa Indonesia akan masuk dikelas bersama mahasiswa OHIO
University. Mereka tidak dikelaskan sendiri. Akan tetapi harus melalui tes seleksi atau
penempatan terlebih dahulu. Mereka akan digabungkan bersama klub OHIO Program of
Intensive English (OPIE). Disini mareka akan digodok agar fokus pada TOEFL, self learning,
speaking dan lain sebagainya dalam bentuk English Club.
Bukan hanya itu, kemudahan dan fasilitas yang diterima adalah berupa akomodasi dan tempat
tinggal yang free.
Belum lagi ditambah dengan pemberian buku-buku referensi dari kampus setempat. Sebagai
penunjang studi mereka.
Satu dari delapan belas mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia ini
mengaku tidak terlalu sulit untuk menggolkan cita-citanya untuk bisa study abroad.
Mahasiwa yang sudah beberapa kali mengikuti kontes debat baik lokal maupun regional yang
diantaranya adalah EF di Unibraw, EF di UMM, EJVED di UM, EDC di ITS JOVED di UII, IVED
di Udayana, dan JOVED di Universitas Parahyangan mau berbagi tips dan trik agar lolos
menembus beasiswa ke luar Negeri.
Saat ditanya mengenai hal tersebut, Lajang yang punya hobi traveling ini tersenyum seraya
berkata, “Karena saya berani mencoba.” Ia juga menambahkan bahwa ia selalu menanamkan
pada dirinya untuk senantiasa ber-positive thinking.
Tidak ada trik khusus menurut laki-laki sederhana yang punya cita-cita menjadi Sociolinguistic
Researcher (Peneliti Sosiolingustik, Red) ini. Namun ia mengatakan “Tonjolkan saja
uniqueness (keunikan) pada diri kita.”

Rindu Diambang Senja

kau temukan rindu saat senja,
ketika kicau-kicau burung yang tlah bermuara pulang bersuka cita,
ketika daun nyiur menari menyalami nelayan hendak melaut,
ketika percikan rona mentari terbias alam merias permulaan malam,
ketika hati menyeru nostalgia-nostalgia berhias tawa bahagia,
dahulu kala, saat raga masih di dimensi yang sama,
ah, sama… begitupun hatiku dengan rindu yang masih sama…
atau mungkin lebih parah…

Semua Bahagia^_^


                                   
Hai kawan di sini dan di sana,
Sadarkah kau hidup kita amat berharga,
Begitu banyak karunia yang diberi-Nya,
Tapi sayang kadang kita tidak merasa,
Bahwa semua itu ada di sekitar kita,
Mungkin karena banyaknya masalah,
Yang menyapa disetiap langkah,
Tapi ingatlah itulah makna hidup di dunia,
Semua penuh dengan perkara,
Jalani dengan ikhlas maka ia pun berkah,

Tidak usah engkau bermuram durja,
Cukup hadapi dengan lapang dada,
Serta semangat yang tak pernah reda,

Mungkin juga hati kita berubah-ubah,
Kadang bahagia kadang juga sengsara,
Memang susah mengatasinya,
Tapi jika kau bisa,maka engkau jadi pahlawan yang sebenarnya,
Caranya mudah, tapi sulit dipercaya,butuh keyakinan yang membara,
Satu, dua, tiga,….!
Tegakkan punggungmu, angkat wajahmu, dan pandang ke depan, lalu…tersenyumlah….^_^
Tersenyumlah…

Hai kawan,
Hidup di dunia memang banyak susah,
Begitu banyak ragam masalah,
Tapi tenang, ada Tuhan yang menjaga,
Segala usahamu takkan sia-sia,
Semua susah akan ada bayarannya,
Cukup kau hadapi semua dengan bahagia…
Serta dengan semangat yang selalu naik kurva ^_^

EDUCATION, LOVE, AND CREATIVITY

by Fitriani

As a student, you can imagine when you are in the midday class and you must pay attention to the teacher or lecturer who is explaining the subject in front of you, but your mind is not present, your brain is busy remembering something else beyond the class’s topic, or you have fallen down to the sleepy circumstance. Then, after the class is over, you are back to the fresh condition as the duck takes to water. This condition is commonly found in our daily study in school, even in college. However, this is not your entire fault. Who will be comfortable with the teacher who actually must be the lovely source of knowledge, but in the practice he or she looks either as cold as marble or as dull as dishwater? I think you must ignore your conscience if you say that you enjoy to study in that condition. So, we can take a conclusion that a teacher must be creative and attractive in teaching. It is because he or she does not share his or her knowledge to a group of people who has permanent good mood, the same motivation, or the same reception ability.
However, those learners, as the object of the teaching process, contain different personalities with their different teaching materials reception; even we often find a very contrast capability between them. Good teachers surely understand that the students have a lot of variation in their abilities to receipt or demonstrate what they know. They certainly know some students are good test takers, others possess excellent orator skills, while others fare best through writing. Besides, some students are individual hands on learners while others work best in a group environment. In fact, those students must be responsible to completely understand the subject, whatever their manner. Yet, we may not forget, this is the teachers’ talent application time.
As the man, the learners’ motivation to study is naturally like a wave, sometimes going up, but may be later it is immediately low. In addition, we all know that teachers are the leaders of themselves and their students. It means they must be capable to control themselves and the class in bringing a suitable situation in order to develop the learning spirit of the students. So, what they should do is that they not only must increase their knowledge and skills, but also must keep their understanding of the students. The fact is, today’s students are completely different than those of just a few years ago. Nowadays, the students become more critical and sophisticated than previous generations. So, the teachers must be responsive to that and they however should learn how to be counselors. We can say this problem needs the teachers’ creativity to be solved.
Let’s explore the essence of creativity. In this case, I mean teacher’s creativity. We will discuss creativity within the classroom, between the teachers and the students. This creativity is an innate ability and a natural outcome of specific personality styles, or it can be stated as a set of guiding principles and procedures that can be analyzed, quantified, duplicated, and then taught to others in efficient ways. Moreover, we can define creativity as a mental process in term of ability in thinking and finding something that is different from before. Why? Because the world changes. We will find a bunch of differences. Deal or not, we will face several new problems too. We cannot beat them well by our old style. Here, we need creativity to solve each problem we find in our common lives or educational lives. The teaching profession should be endured well if a teacher wants to be creative. Besides, a teacher must be diligent in finding time to share ideas and follow the expertise and the creativity of others, not only within their own school, but also everywhere as well. This may be realized through a stronger commitment to attend conferences or seminars to develop their quality, or look for some teaching styles in websites. Shared perspectives, knowledge, and experiences with other teachers are some other keys of foundational building for creativity. Furthermore, creative teachers learn from life and the experience. Applying their own experience during the class, not just applying the books theory, positively makes a natural study circumstance, and it will be more interesting for the students. Therefore, they can understand soon and well.
In addition, in increasing expertise and better understanding of students, teachers must also be active to routinely seek out new information about knowledge that will they deliver. For many teachers, the textbook is their exclusive source of information. But, other teachers often increase their knowledge with other manner beyond reading. Internet has come as a good helper. This source may help to serve various materials, discussion with other professionals, hand on activities, or even trip into the community to better understand how the theories are taught in the classroom in the real life. The most creative teachers have come to the understanding that they no longer need to be the master of knowledge. They have come to the realization that they only need to use some informational sources so they can more effectively take their message and create that message into interesting acceptable form. These are lessons that all teachers can and shall learn.
Do you know Michael Jordan? He is one of the ex-NBA basketball players. I give you a little of his memoir. While he was asked by some journalists about his secret beneath his success in being the best basketball player in his era, simply he said, ‘because I love this game’. This answer maybe too short in our ears, but it directly catches the most substantial secret in living our life. That is love. Love is not anything, but anything can be started by love.
Actually, it is very difficult to deny that love is the most important energy source in spending our time in every step of our lives. Although love is abstract and sometimes difficult to define, mainly love is identical with commitment, sacrifice, gift, honesty, seriousness, and altruism. In addition, a lover must be total in struggling, giving, and making the object that he or she loves happy. The same philosophy is applied if we talk about how to develop our education quality and if we dream about future better education day to day.
However, the most expected part in raising the successful education is the educators, teachers or lecturers. They must lead their student to the bright future and cover them some capabilities that can be used in their real life, to develop themselves or their environment in taking part in this global life. The students not only need theories knowledge, but also need some constructions to build their positive self portrait, integrity, commitment, and competency.
Let us talk again about creativity. Actually, it is the essence or logic consequence of love. That is love which is possessed by the teachers to their job.  When the teachers sincerely love their profession, they will pour more attention to make the class better. They will be busy to introspect themselves, check their minus in teaching, and they motivate themselves to increase their knowledge and teaching ability. As the results, they can handle every problem they find in the class, such as when a student gets difficulties in understanding the topic. They can immediately maneuver their teaching style while they realize their students are sleepy in learning process. Besides, a creative teacher is able to act freely and attractively in the class during the teaching process although he or she finds a lack of facility around him or her.
Simply, the creative educators are the teachers or lecturers who educate the students sincerely, be able to against their selfish, be brave in solving the problem during or beyond the class, be diligent in advantaging even there is only a very lack of facilities during the class, be suitable to be counselor and guidance, be able to gain the class’s attention, and can be always be wait by their students. Consequently, only the educators, who have a pure love in their job, can bring all of these capabilities.
To be a creative teacher, someone must hug this job with love sincerely. If in the beginning you just force yourself to choose this profession because of some reasons, now, you must be conscious immediately. You must realize that you are now a leader of the generations. Through your hand, you can bring to the surface our nation’s education. Of course, you can do it by your hand, because you are a teacher, or a teacher candidate who will be a teacher. At last, because of your profession, you can lead the generation to their prosperous lives in the future.

*boleh disebarkan dengan menyertakan sumber.

Siri’: A Buginese’s power that is starting to shift

by:Fitriani


I am sure that you still remember the incident of Century scandal assembly that involved Ruhut Sitompul, Jusuf Kalla, and other Buginese. It is common if Ruhut addressed Kalla as Daeng if we conscious about Kalla’s origin. But, the unexpected reactions of Buginese appeared. While the others say that it is a very emotional representative of Buginese (or some others call it as The Bugis), I have another thinking about it as a Buginese, who was born, live, and grow with Bugis culture. It is not a one-sided sight. I just want to perform the noblest Buginese’s principal that has been a custom that is held tightly by Buginese generation. We state it as siri’.
That word may immediately make some of us frowning. So, I would like to explain about it. Honor, dignity or courtesy are the meanings of that word. The applications that are performed in the Bugis’ daily lives are siri’ as personal honor and siri’ as communal honor. If we consider it as personal honor, siri’ indicates the value of human being. This personal honor naturally turns up since someone was born. Besides, it follows the social degree of a person. The higher degree a person has, the more honors that must be developed. For clearing its meaning, easily I state if someone has a higher position in social lives, as a government or panrita, or as someone who has the higher education or tau acca, the society automatically consider that person as a noble one. Exactly, he or she must keep his or her behavior by avoiding any activities that may break his or her image and decrease the society’s respect. However, he or she is a pattern of society lives. Belongs to this siri’ or honor, Buginese more often define it as the value of lives and therefore they always ready to sacrifice everything including their lives to maintain their siri’. On the other hand, Siri’ can be a strong motivation that is used to gain Buginese’ successful in many aspects of their lives, for example, in educations, economics, and politics. Besides, as siri’ in communal, it can support a community to be prosperous and to be increased. As the basic principal, siri’ always be a catalyst to advance both individual and communal Buginese.
Looking deeply into Buginese’s social life will guide us to find the specific implementations of siri’. Those implementations are realized into five principles. They are ada tongeng, lempuk, getteng, sipakatau, and mappesona ri dewata seuwwae. We may translate them into English as truthful wording, honesty, steadfastness, mutual respect, and submission to the God. First, let me define ada tongeng. It is a principle which obliges each Buginese to speak the truth. The other definition of ada tongeng is every word that is expressed should bring the goodness for life. It means each people should always avoid any word that probably cause harm for other, individual or communal. Besides, let’s pay attention to lempuk. It obliges a person to act in the right actions. He or she should avoid doing something that is not true. After ada tongeng and lempuk, there are getteng and sipakatau. Getteng is the principle of attitude in which a person always has a distinct attitude in doing something. And, sipakatau interprets that a person should address another in the best way possible. The last principle, mappesona ri dewatae states every human being has to submit himself or herself to the God. Its implication is, each Buginese must have a religion and follow their religion’s rule well.
I bring you back to Ruhut-Kalla’s incident. In this case, there is no problem when you call a Buginese as daeng, moreover, if you are younger than that Buginese person. But, it is not an immaterial calling. It has a certain place and condition. In Bugis, daeng is only used to call our very close relation in an informal situation. But, I will not tell more about daeng. I only want to bring to the surface what the basic cause of Buginese’ unexpected reactions on that incident. Simply I said that it is siri’. Unfortunately, it is driven to the false extreme way. Often, while a Buginese thinks that he is humbled by someone, he immediately assumes that his siri’ is treated. Of course, some of those Buginese actions can be lead to unlawful things to protect or restore his siri’. Let’s look at the other misunderstanding of siri’, or I prefer to state it as the shifting of siri’ meaning. Nowadays, some Buginese think that siri’ is a feeling that comes from a discreditable treatment of others. Whereas, they forget that siri’ is better to be taken to the front. So, siri’ can be said as an obstruction to do the ashamed things. But, since siri’ gets some misunderstandings in its application in Buginese life, the using of siri’ is considered as the defense of personal or communal humiliation. The result is that it often causes conflict or even death. We cannot avoid that it is the result of the offended feeling.
However, as a Buginese, I just want to show to the Buginese or whoever reading this, that The Bugis has siri’ as the important principle. It must be brought to the right way, in order to realize a good relationship as the Indonesian people, even in developing ourselves and our country.



*boleh disebarkan dengan menyertakan sumber,.

Sahabat pembunuh!

Semakin pelan…aku menyusup. Semakin menyusup…jauh…lamban…, dia semakin merasa nikmat. Dia terus menghisapku, dan aku pun semakin masuk ke paru2nya. Haha, dia tidak menyadari. Padahal aku adalah musuhnya, nyata sekali. Tapi dasar bodoh! Dia begitu menyukaiku. Sebenarnya tak ada yang bodoh. Ini hanya masalah waktu. Dia terlanjur menyukaiku, dan sudah tak bisa lepas dariku. Lama aku berjejal dalam kubus panjang nan sempit. Aku menikmati aroma tubuh-tubuhku sendiri. Lalu satu-satu ia menjepitku. Dengan tangan. Dengan mulut. Tak berselang, aku telah memerah, terbakar, mengepul-ngepul. Aku tertelan udara setengah-setengah. Dia begitu menikmatiku. Haha. Seperempat, lalu satu, hingga berjuta-juta nikotin melarut ke tubuhnya. Aku membunuhnya perlahan, tapi bukan sekarang. Nanti saja. Biar ia menikmatiku dulu, lalu perlahan-lahan akan kumangsa ia sebgai sahabatku. Sahabat akrabku yang tak pernah berpisah. Di mana ia ada aku pun selalu di sana untuknya. Tak pernah sekalipun aku meninggalkannya. Aku tidak pernah luput dari keberadaannya.
yah...! tapi, kasihan!..dia tak sadar!aku racun baginya!!!

Ibu...Ayah...

Ibu,
Cintaku memekik rindu,
Sedang kuhanyut ke antah kembaraku,
Dan jika takdir tlah jauh menggiringku,
Titipkan saja cintamu pada angin,
lalu kan kupeluk hingga ujung malam.

Ayah,
Ceritakan aku tentangmu saat muda,
Ketika kakimu menopang remaja tangguh penuh obsesi,
Lalu kami satu-satu bersandar,
Yang mana kau tiada sederajat pun rebah.
Ayah,
Ceritakan aku tentangmu di hari senja,
Ketika kau tak sempat lagi sekedar mengingat ucapan sejam lalu,
Dan dunia pun tiadalah mengenalmu,
Tapi kau tak resah,
Sebab bianglala cinta tlah kau pajang di dinding hati kami…
Dan itu tak akan tersapu angin, tak terkikis hujan.
Kami yang mencintaimu,
>Sang anak yang tiada tahu diri.

Jika Cinta Ini.....

Jika cinta ini sempurna,
Maka akulah yang amat tak sempurna sebab tak memahaminya,
Jika cinta itu penuh makna,
Maka akulah yang amat lemah memikirkannya sebab tak mampu menjabarkannya,
Jika cinta itu perjuangan,
Maka akulah yang amat pengecut sebab melarikan diri dari peperangannya,
Jika cinta itu mahakarya,
Maka akulah yang yang digilakan sebab tak kebal mengindahkannya,

Dan jika cinta itu sulit,
Maka akulah yang disulitkan sebab tak mampu menemui mudahnya,

Semua terlihat sederhana dengan figure yang dikenakannya,
Semua terdengar meremaja dengan fitur yang ditawarkannya,
Tapi bukan itu definisi cinta,
Cinta adalah cinta itu sendiri,
Jika saat dalam kesendirian pun masih menyandang cinta…


Jakarta,
                                                                     Sabtu, 6 Maret 2010          

Adaptation from LETTO _SANDARAN HATI_


Yakinkah kuberdiri,
Di tempat tanpa tepi,
Bolehkah aku,
Mendengar-Mu…

Terpuruk dalam emosi,
Tak bisa bersembunyi,
Aku dan nafasku,
Merindukan-Mu…

Terpuruk ku di sini,
Teraniaya sepi,
Dan ku tahu pasti,
Kau menemani…

Dalam hidupku…
Kesendirianku…

Teringat ku teringat,
Pada janji-Mu ku terikat,
Hanya sekejap kuberdiri,
Kulakukan sepenuh hati,

Peduli ku peduli,
Siang dan malam yang berganti,
Pedihku ini tak ada arti, jika Kau-lah sandaran hati…
Kaulah sandaran hati…

Inikah yang Kau mau,
Benarkah ini jalan-Mu,
Hanyalah Engkau yang kutuju…

Pegang erat tanganku,
Bimbing langkah kakiku,
Aku hilang arah, tanpa hadir-Mu…
Dalam gelapnya… malam hariku…

tak kah?

hari ini,

benang merah,
kusut
melingkari,
kabut,

ibu pertiwi dibalut
kemelut,

wakil rakyat duduk
manut-manut,
bangsa kebingungan
dihasut,
tunas hijau ditenggak
mental penakut,

aku penat dalam pekat
mata memerah,
menatap nanar,
tiang-tiang rubuh dimangsa rayap

bangkit!
bangkit!

semuanya ayo bangkit!

Ibu pertiwi sedang sempoyongan
takkah kau lihat?

Senin, 18 Oktober 2010

embun generasi

Embun di kusen jendela masih bergumul debu,
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, berbulan-bulan..
Senja keemasan masih menyorotinya,

memantulkan sosok antik dari sisi-sisinya,

berbulan-bulan,
sudah hampir kering,
sedang debu luar rumah semakin berkumpul,

tanah kering menangisi hujan,
jatuh setitik pun jadi rebutan,
ah, embun di ubun2 generasi muda negeriku,
terkulum debu,
lebam membatu,
menanti layu,
tinggal menghitung waktu,
sebab hujan masih malu-malu...tak tau siapa yg memaku.

Sudahlah,
Penaku kaku,
dia takut diterungku,

pencari ilmu...

Kami menjejaki tepi-tepi waktu..,
mencari ilmu,kerja,kehidupan dan penghidupan di pagi hari,
mengejar munajat di sunyi senyap malam hari,

elegi mimpi-mimpi di kota orang,
dikejar sendiri sampai di ujung penggapaian,
jauh...kami jauh dari emak,bapak,dan abang adik,
tapi jauh...tapak kami masih jauh menyimpul mimpi di seberang yg masih sunyi,

ramai kota orang tak kami tengarai,
godaan ujian melambai mengelus bermaksud diikuti,
kematian mimpi kami jika dihiraukan,
meski satu dua kawan telah tertawan,
duh kasihan...

kami,di kota orang tanpa handai taulan,
dengan topi segudang harapan menanti disemaikan,
saat pulang ke kampung halaman...

Tapi...nanti dulu...
Prinsip telah terpancang,
tak pulang senang-senang sebelum mentari tergenggam...

Minggu, 17 Oktober 2010

Belajar Bahasa Arab

Belajar Bahasa Arab

Aku Ingin Pulang...


Kamis, 02-09-2010 13:54:37 oleh: Benget S. Simanullang
Kanal: Sastra


Aku ingin pulang. Seperti yang dilakukan orang-orang di saat menjelang lebaran. Aku rindu akan kampung halaman. Rindu kepada ibu, ayah, kakak, adik serta saudara-saudara yang kutinggalkan enam tahun yang lalu. Di kampung.
Mas, bagaiamana kehidupan di Jakarta? Kalo aku ndak salah tiap lebaran Mas Parto pulang toh ke kampung?”
“Yah, begitulah Din. Tapi yang jelas di Jakarta jauh lebih banyak kesempatan dari pada di kampung ini. Di sana apapun bisa kita kerjakan. Dan mendapatkan duit. Itu toh yang kita harapkan?”
Mas Parto sembari membuka dompet dan membayarkan kopi yang barusan kami teguk di warung dekat sungai, tempat di mana setiap pemuda berkumpul, apalagi di musim lebaran seperti ini. Para perantau akan menunjukkan taringnya masing-masing di sana, dengan berbagai gaya, entah itu kesombongan, atau hanya karena pola kehidupan dan tingkah laku yang sudah berubah setelah menjadi penghuni kota metropolitan, Jakarta. Mas Parto turut membayar kopi yang aku teguk pagi ini.
“Wah, terima kasih banyak telah membayar kopi saya, Mas.”
“Ndak usah terlalu begitu. Klo di Jakarta mah itu hal kecil.”
Kesombongan mulai tampak. Tapi walaupun demikian, aku semakin tertarik untuk mencoba ke Jakarta. Aku semakin terperangkap dengan apa yang Mas Parto utarakan mulai dari tadi pagi kami memesan kopi bersama, hingga waktu memisahkan kami. Aku harus ke ladang untuk membersihkan sebidang tanaman singkong, sedangkan Mas Parto akan pergi ke tempat di mana orang-orang berduit memanjakan diri mereka. Oh… alangkah nikmat hidup mereka. Akau semakin ingin ke Jakarta. Seperti Mas Parto yang hanya dengan modal nekat. Tanpa ijazah!
***
Kira-kira tiga hari kemudian aku bertemu lagi dengan Mas Parto, di warung kopi yang sama. Dengan gaya yang jauh berbeda dengan pemuda-pemuda kampung, dia bergabung bersama kami. Seperti biasa, dia akan membayar semua pesanan untuk kami, pemuda kampung yang hanya tinggal di kampung, yang di matanya tidak memiliki uang banyak. Memang benar, kami hanya memiliki uang pas-pasan. Namanya juga di kampung. Pendapatan tidak seberapa. Paling seminggu sekali mendapat uang dari hasil jerih payah yang sangat melelahkan satu minggu ini, dari hari Senin sampai Sabtu. Itupun hanya lembaran-lembaran puluhan ribu.
“Din…” Mas Parto mendekat ke arahku sesaat setelah teman-teman yang lain sudah pada meninggalkan warung, menuju ladang tempat mengais rezeki.
“Iya, Mas Parto!” kulihat di matanya ada sesuatu yang hendak disampaikan. Entah apa. Aku tinggal menunggu mulutnya terbuka untuk menyampaikan tujuannya.
“Kamu ndak bosan begini terus di kampung???”
“Maksud Mas Parto ini apa toh?”
“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Din? Apa kamu ndak ada niat merantau?”
“Ke mana Mas?”
“Yah ke Jakarta-lah! Di sana kamu ini bisa ngapain aja, dan semuanya bisa jadi duit, Din. Bukan kayak di sini, kamu tiap hari kerja tapi upahmu hanya dua puluh ribu sehari. Apa kamu pikir itu cukup untuk hidup kamu kelak? Kamu masih muda loh Din. Masa mudamu ini jangan disia-siakan. Mumpung masih muda kamu harus kerja keras buat masa depan.”
Mendengar perkataan Mas Parto aku semakin yakin kalau dia adalah seorang yang sukses di tanah rantau, Jakarta. Aku semakin ingin mengikuti jejaknya. Sebab aku tahu siapa Mas Parto yang dulu. Hanya seorang lulusan SMP dengan nilai yang pas-pasan. Tapi di mataku sekarang dia telah berubah menjadi seorang yang sukses. Entah apa pekerjaannya di Jakarta, yang jelas secara implisit dia selalu menggambarkan bahwa Jakarta memberi dia segudang kesempatan untuk meraih uang, suatu bentuk riil yang selalu dicari manusia.
Uang adalah segalanya. Jika orang tidak memiliki uang, niscaya mereka dapat melakukan apapun. Dengan uang segala sesuatu yang mereka inginkan dengan segera akan terkabulkan. Segalanya. Ingin bepergian, harus ada uang. Ingin beli sesuatu, harus ada uang. Bahkan di Jakarta, untuk kencing sekalipun, harus ada uang. Karena itu uang sangat berpengaruh dan manusia akan melakukan apapun demi mendapatkan uang.
Di TV, menjelang hari lebaran banyak diberitakan pencurian-pencurian dengan berbagai modus. Pengakuan mereka karena ingin membeli perlengkapan lebaran, tapi karena tidak mempunyai uang mereka nekat untun mencuri. Mereka rela menodai kesucian puasanya, yang telah mereka mulai dari awal puasa, satu bulan yang lalu, dan harus dikotori sesaat menjelang hari kemenangan yang fitri.
Ada juga yang berpura-pura membuka koperasi simpanan untuk persiapan lebaran. Orang yang tidak mengerti dan tidak menaruh curiga akan tindak kejahatan, mereka rela dan bersedia menjadi nasabah dengan diiming-imingi semua uang beserta bunganya akan diserahkan menjelang lebaran tiba. Antusiasme para calon nasabah terlebih karena ada ‘bunga’ yang akan diterima, lumayan besar, dalam waktu yang sangat singkat. Cerdas juga orang yang memulai usaha (penipuan) itu. Dan para nasabah-pun akhirnya tertipu. Uang mereka dari yang nominalnya kecil samapi besar, dibawa kabur oleh si pengelola yang tidak bertaggung jawab itu. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dan dengan demikian, dia telah menodai kesucian ramadhan.
Itu semua modus demi mendapatkan keuntungan sekejap tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Mereka melakukan itu karena tidak memiliki uang dan demi mendapatkan uang. Jadi, benar ungkapan yang mengatakan bahwa uang itu adalah segalanya.
“Kenapa kamu tiba-tiba berpikiran hendak merantau ke Jakarta, Udin?”
Si Mak dengan nada yang agak keberatan menginterogasi aku.
“Lebih baik kamu di sini saja bantu-bantu Mak kerja di kebon. Lagian Mak udah tua, dan butuh teman untuk mendampingi Mak. Bapakmu juga sudah sakit-sakitan. Mbakmu sudah pada kawin semua, hanya kamu yang tinggal yang kami harapkan bisa menjaga kami di sini. ”
“Udin mau cari uang yang banyak, Mak! Di Jakarta tempatnya!”
“Jakarta itu kejam, Din. Kalau kamu ndak punya apa-apa, kamu ndak bakalan dipake di sana. Dulu sudah banyak teman Mak yang terpaksa dipulangkan sama pemerintah karena di Jakarta tidak kerja. Mereka jadi pengemis dan pemulung. Ada yang jadi pengamen, ada yang jadi copet, ada juga yang jadi pelacur! Itu semua tidak mereka inginkan tapi keadaanlah yang membuat begitu anakku. Mak takut kamu juga akan menjadi seperti mereka jika kamu bersikeras pergi ke Jakarta untuk merantau.”
“Tapi Mas Parto bilang kalau di Jakarta kita bisa cepat mendapat uang, Mak! Udin juga ingin seperti Mas Parto. Punya banyak uang dan bisa membahagiakan ibu-bapaknya. Udin juga ingin buat Mak bahagia.”
“Mak sudah bahagia kalau bisa melihat kamu di samping Mak. Bagi Mak, uang bukan segalanya, Din. Kebahagian itu tidak diukur dengan uang.”
Mak menarik napas panjang.
“Kamu tidak lulus SMA, Din. Kamu hanya punya ijazah SMP. Di Jakarta sudah banyak yang sarjana. Pasti mereka lebih diutamakan untuk bekerja dari pada orang yang hanya lulusan SMP kayak kamu. Dan kamu harus tau, di Jakarta banyak sarjana yang menganggur, Udin.”
“Tapi Mas Parto juga hanya lulus SMP kan , Mak? Kenapa dia bisa sukses?”
“Kamu tau apa pekerjaan Parto yang sebenarnya di Jakarta? Dia pernah cerita tentang pekerjaannya?”
Aku menggeleng. Memang selama ini Mas Parto tak pernah ngasih tau apa pekerjaannya di Jakarta. Dia hanya menceritakan bahwa Jakarta lahan uang yang bisa membuat orang cepat kaya. Dia tidak pernah menceritakan kesusahan-kesusahan yang ada di sana.
“Di Jakarta kamu kerja apa, Mas Parto?”
Aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Aku hanya ingin tahu saja.
Mas Parto terdiam. Dia memandangiku dengan tatapan tajam. Aku takut dia marah karena pertanyaanku itu.
Benarkah dia marah???
Aku agak merasa tenang setelah dia akhirnya tersenyum. Aku kini bisa bernapas lega. Sebab Mas Parto adalah seorang yang pemarah. Jika dia tidak senang dia akan memukul siapapun yang ada di dekatnya. Mungkin itu sudah diturunkan atas dirinya. Tapi yang jelas ibu-bapaknya tidak menyerupai karakter Mas Parto. Mungkin dari nenek atau kakeknya. Bahkan waktu SD dia pernah melemparkan penghapus papan tulis ke guru yang menuding dia sebagai tukang bolos dan tidak tahu apa-apa dalam pelajaran. Dan masih banyak kelakuan-kelakuan dia yang tidak terpuji sehingga harus berpindah-pindah sekolah. Karena itulah kami bisa sekelas dari kelas enam sampai lulus SMP, padahal rentang usia kami berkisar empat tahun. Intinya, dia seorang pemarah dan keras kepala.
“Kerjaan saya banyak, Din! Kamu akan kelak tau kalau sudah ada di Jakarta.”
Mas Parto tidak mau memberitahukan apa sebenarnya pekerjaannya di Jakarta. Yang jelas dia sibuk dengan pekerjaan yang banyak. Itu yang terlontar dari mulutnya. Apa dan bagaimana bentuk pekerjaan itu belum bisa tergambar di benakku sebab tidak ada gambaran yang dia lontarkan entah berprofesi sebagai apa.
***
Tahun 2003 aku tiba di kota Jakarta. Bersama Mas Parto yang telah menjanjikan banyak hal dan membuat aku seolah terhipnotis dengan cerita-cerita yang dia bacakan sewaktu masih di kampung. Bermodalkan seratus tujuh lima puluh ribu rupiah dan tentu dengan ijazah SMP, aku merantau ke Jakarta. Diberangkatkan dengan isak tangis Mak dengan ketidaksetujuannya atas keputusanku ini untuk mencari makan di kota orang, Jakarta.

Aku selalu ikut ke mana Mas Parto melangkah. Mulai dari stasiun Gambir hingga ke sebuah perkampungan yang jauh lebih menyedihkan dari pada kampung halamanku yang telah aku tinggalkan demi secerca harapan yang selalu menyibak pertanyaan, apakah bisa terwujud. Entah sampai kapan. Yang jelas suatu pertanda bahwa sekarang aku telah jauh dari Mak dan harus bisa mandiri di kota, yang kata Mak sangat kejam. Jakarta, apa yang bakal terjadi denganku???
Kami tiba di suatu tempat. Di sana sudah banyak orang yang tiduran dan sebagian hilir mudik entah sedang melakukan apa.
Tempat apa ini?
Di mana rumah Mas Parto?
Di sini?
Bukan! Ini bukan rumah.
“Ayo masuk!” Bagaikan tuan rumah yang baik dan ramah, Mas Parto membukakan pintu buat tamunya. Tapi saat ini tak ada pintu yang dibuka sebab tempat itu bagaikan ruang hampa tanpa pintu. Lembab dan tak bersahabat.
Ini adalah tahun ke enam aku tinggal di sini. Tak pernah pulang ke kampung bahkan saat Mak meninggal karena penyakit ganas yang dideritanya jauh sebelum aku meninggalkannya sendirian. Selama enam tahun ini aku menghabiskan waktu dengan bekerja. Memulung dari satu tempat ke tempat lain. Tak ada yang menerima aku bekerja seperti yang pernah Mak katakan sewaktu aku masih bersamanya, di kampung. Memang benar, para sarjana yang bahkan lulus dengan predikatcum laude masih banyak yang menganggur. Dari satu perusahaan ke perusahaan lain telah aku coba, dan tak satupun yang mau menerima aku. Dan koneksi juga tidak punya. Seandainya ku punya koneksi, aku yakin akan bisa bekerja sesuai dengan yang aku harapkan. Sebab sadar atau tidak sadar, budaya nepotisme masih merajalela di negeri ini. Entah sampai kapan.
Tak seberapa uang yang aku hasilkan dari pekerjaan itu. Hanya cukup makan dan minum dalam satu hari. Dan terkadang aku harus ngutang agar bisa bertahan hidup sampai detik ini. Aku mengerjakan pekerjaan yang di mata orang lain mungkin nista, tapi halal bagiku, sebab aku tak mau mengikuti jejak Mas Parto.
Lima bulan yang lalu Mas Parto ditangkap polisi karena dia membunuh seorang gadis yang tidak mau menyerahkan sejumlah uang dan perhiasannya saat gadis itu pulang dari tepat kerjanya. Ternyata dia seorang pencopet. Dan tidak segan membunuh jika ada yang menghalangi niatnya. Sudah sering dia membunuh dan baru kali ini ketahuan. Penjara menjadi rumahnya. Jauh lebih bagus dari rumah kami yang terdahulu, yang hingga kini masih aku tempati untuk bersinggah dari teriknya mentari di siang hari dan basah di waktu hujan meski tetap bocor terdapat di sana-sini. Inilah tempatku sekarang di Jakarta, kota idaman setiap orang mencari sesuap nasi, mulai dari orang berdasi hingga orang yang mendorong gerobak. Kota penuh teka-teki yang mampu menghalalkan segala cara oleh setiap orang yang merasa kalah dalam persaingan. Terjadilah kekerasan, penindasan hingga para konglomerat dan penguasa negeri ikut ambil andil dalam pemerasan, itulah korupsi. Bahkan yang memberantas korupsi, ikut korupsi. Mereka terjebak ke dalam karung yang hendak mereka bersihkan dari tikus-tikus yang memiliki gigi tajam membocori karung, sehingga mereka menjadi bagian dari tikus itu.
Sudah enam tahun aku di sini. Di Jakarta. Tanpa harapan bisa hidup menjadi lebih sejahtera. Mungkin ini adalah suratan takdir yang diberikan sang Khalik padaku. Namun sebelum kembali pada-Nya, hanya satu keinginanku yang sudah lama aku pendam dalam kemelaratan jiwa, yang entah kapan bisa aku penuhi.
Aku ingin pulang…
Dalam keheningan senja sebuah kamar kost
Ramadhan yang fitri
Jakarta, September 2009

Subhaanallaah...

Di atas Langit selatan,
bintang-gemintang memajang menyihir setiap mata memandang...

Bak dinding istana khayangan,
menabur menata untai berlian,
naluriku takjub dalam
rasa ketawadhuan,

tiada setara ucapan,
selain dzikir kesyukuran...
Menyalin percikan kesejukan, semaian Sang Maha pemilik Keindahan...

Sabtu, 16 Oktober 2010

Katanya......

Katanya...karang itu tegar nan kuat...
Namun...tanpa ombak,manalah ditau?

Katanya...beton itu kokoh nan padat...
Namun...tanpa guncangan,manalah terbukti?

Katanya...purnama itu indah dan bersinar...
Namun...tanpa gelap malam,manalah terlihat?

Katanya...air itu segar nan sejuk...
Namun...tanpa dahaga,manalah nyata?

Katanya...
Manusia itu ada yg bertakwa lagi beriman...
Namun...tanpa cobaan, manalah nampak?

Tidakkah kau rindu Ibu, nak..

May 20th, 2010 by catur
Malam ini, kembali ibu bertanya.
“Cepatlah pulang, Anakku! Benarkah kau bertambah cantik?
Adakah kulitmu sudah putih? Masihkah kau suka memelihara
rambut panjangmu? Masihkah kau memakai kerudungmu?
Bibirmu masih bebas lipstik kan, Nak?”
Kujawab pertanyaan ibu dengan senyuman yang disertai tangisan.
“Ibu, Tuhan selalu menjagaku”.
Aku tertegun.
Terakhir kulihat binar matamu, ketika ku kenakan kebaya dan toga saat wisudaku. Dan seulas sedih rautmu saat ku putuskan pergi ke kota ini.
Terakhir ku cium lembut dan ku basahkan dengan titik air mata punggung tanganmu.
“Ibu… aku masih Rindu, aku masih betul-betul rindu!”
Suara parau itu kembali terdengar.
“Nak, berapa kali kita bertemu? Paling satu tahun sekali.”
Ibu, semoga waktu masih menjadi milik kita.
Ijinkan aku mencium punggung tanganmu, kerut dahimu.
Dan membelai lembut rambut putihmu.
Aku terdiam dan sedikit tertawa.
Ibu, aku rindu pada teduh sorot matamu, pada setiap ikhlas mu..
”Nanti bu, mungkin tahun depan aku akan pulang…”

CONTOH PAPER 1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang


Persaingan di era globalisasi mengarah pada semakin ketatnya persaingan di sektor industri. Daya saing tidak lagi ditentukan oleh keberadaan kekayaan alam, modal, atau aset berwujud, melainkan juga berdasarkan kemampuan untuk melaksanakan perencanaan yang matang, penguasaan pengetahuan dan teknologi, dan pola, metode serta proses kerja yang yang berdaya dan berhasil guna.
Bicara tentang sumber daya manusia tentu tidak lepas dari manusianya sendiri beserta dengan atribut-atributnya uniknya dari aspek fisik hingga aspek psikologis. Satu hal yang paling menonjol dari manusia adalah makhluk yang komunol, dimana setiap individu selalu membutuhkan individu yang lain untuk saling berinteraksi.
Karenanya, pengembangan industri nasional khususnya Industri Kecil Menengah(IKM) perlu memperhatikan dimensi pembangunan inovasi manajemen dan teknologi, pembangunan infrastruktur ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara terpadu dengan komitmen seluruh pemangku kepentingan di sector industri.
B. Rumusan Masalah

1. Masalah-masalah dalam industri pembuatan kue kering
2. Bagaimana mengatasi masalah dalam industri kue kering?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam industri pembuatan kue kering
2. Untuk mengetahui langkah-langkah mengatasi masalah dalam industri pembuatan kue kering.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Dalam Industri Kue Kering


Kue kering merupakan hasil olahan industri yang bisa dikatakan maju di daerah SIDRAP dan banyak disukai oleh masyarakat. Meskipun kue kering banyak disukai konsumen namun kue kering ini masih banyak tidak dikenal para konsumen karena kurangnya perhatian dari pihak terkait untuk membantu mengembangkannya sehingga industri kue kering pun bisa dikatakan belum bisa menembus pasar luar hanya bersifat local oleh produsen.
Selain masalah tersebut masalah yang dihadapi produsen lebih banyak berurusan dengan kemamapan sumber daya manusia dalam mengelola kue kering Sumber daya manusia merupakan faktor sentra dalam suatu industri. Padahal apa pun bentuk serta tujuannya suatu industri dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan pelaksanaan misinya diurus dan dikelola oleh manusia itu sendiri.
Di sisi lain masalah yang dihadapi oleh industri kue kering yaitu kemampuan manajemen usaha yang bisa dikatakan belum profesional. Seperti dalam pengolahan pembukuan keuangan, kebanyakan mereka belum bisa mengatur yang mana modal, harta, pemasukan dan pengeluaran sehingga membuat mereka bingung. Selain itu, keterampilan dalam menggunakan alat dan pengetahuan tentang teknologi masih kurang. Sehingga produk yang dihasilkan masih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan menggunakan alat yang lebih modern yang produksinya jauh lebih banyak jumlahnya dan lebih menarik.
B. Pendekatan Masalah

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang ditentukan. Manusia merpakan faktor penentu dalam kemajuan zaman. Hal tersebut harus diakui karena perkembangan dunia sekarang ini adalah hasil dari pemikiran manusia untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Di bidang ekonomi dan bisnis, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan perusahaan-perusahaan untuk mrngikuti laju perkembangan dan laju kepekaan perusahaan-perusahaan tersebut terhadap perubahan yang terjadi di dunia bisnis. Oleh karena itu, faktor manusia dalam perusahaan harus dikelola baik untuk menunjang produktivitas perusahaan agar perusahaan dapat unggul dalam persaingan usaha.
Ruang lingkup sumber daya manusia, tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga diperoleh sumber daya manusia yang puas( satified) dan memuaskan ( satifactoty) bagi organisasi. Terdapat tiga persfektif utama dalam pengembangan manajemen sumber daya manusia ini, yakni persfektif internaasional, nasional/ makro, dan mikro. Persfektif internasional atau makro adalah pengembangan atau pemamfaatan personil(pegawai) sebagai pencapaian yang efektif mengenai sasaran-sasaran dan tijuan-tujuan individu, ormas, nasional dan internasional. SEdangkan persfektif mikro adlah perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai kebutuhan indivudu, organisasi dan masyarakat.
C. Pemecahan Masalah

1. Masalah Internal
a. Menyiapkan program operasional pada masing-masing didang
b. Pemantapan aparatur
c. Meningkatkan pelayanan pada tingkat dunia usaha
d. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia bagi pekerja, pejabat dan aparatur.
e. Memperbaiki sisi mutu produk industri agar dapat bersaing dengan produk dari luar

2. Masalah Eksternal
a. Mengupayakan kelancaran arus barang dan bahan keperluan pokok dan strategis yang ditopang dengan sarana dan prasarana secara lintas sektoral
b. Mengadakan pameran promosi dalam rangka pemasaran produk industri untuk menunjang struktur daerah antara lain mampu bersaing dengan produk luar dengan harga yang wajar dan stabil
c. Peningkatan informasi tentang peluang pasar maupun potensi yang berpeluang ekspor kepada dunia usaha dan investor
d. Pengenalan teknologi tepat guna
e. Menumbuhkan wirausaha dan meningkatkan motovasi melalui program Achivement Motivation Training (AMT)
f. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah maupun industri terkait lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan


Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingku[p karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang ditentukan. Manusia merpakan factor penentu dalam kemajuan zaman. Hal tersebut harus diakui karenana perkembangan dunia sekarang ini adalah hasil dari pemikiran manusia untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Di bidang ekonomi dan bisnis, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan perusahaan-perusahaan untuk mrngikuti laju perkembangan dan laju kepekaan perusahaan-perusahaan tersebut terhadap perubahan yang terjadi di dunia bisnis. Oleh karena itu, faktor manusia dalam perusahaan harus dikelola baik untuk menunjang produktivitas perusahaan agar perusahaan dapat unggul dalam persaingan usaha
B. Saran
1. Diharapkan kepada Disperindag untuk lebih serius dalam melayani dan memberikan informasi kepada IKM.
2. Diharapkan kepada pelaku industri IKM supaya rajin mengikuti apabila ada pelatihan-pelatiahan tentang sumber daya manusia atau sejenisnya.
DAFTAR PUSTAKA


Jackson Susan.1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga: Jakarta
Adi Kwartono. 2007. Analisi Usaha Kecil dan Menengah, CV Andi Offset: Yogyakarta

pagi pagi,,

Bercanda dengan pagi,
yang langitnya masih erat dalam gulungan selimut,
tapi biar begitu,ia tetap menampakkan diri.
Yah,Pagi yg masih menyisakan sedikit malam terbagi,

,pagi yang langitnya berselimut,
seakan-akan nggak mood.:):)