Sabtu, 06 November 2010

Wanita-wanita Syurga _lanjutan_...(a part of Wanita-wanita Syurga Novel...)

“Aunt Aesy!, what are you doing?”
Seorang gadis yang akrab dengan panggilan Nanny, putri pemilik rent house yang aku tempati telah berdiri di belakangku. Aku tersenyum. Senyumku agak terpaksa, tapi tak boleh aku tampakkan sedihku padanya. Aku memgatur nafas satu-persatu, kemudian berbalik padanya.
“Oh, Nanny! Kemarilah!”
Gadis kecil itu berhambur ke pelukanku. Rambut pirangnya menutupi wajahku. Terlihat samar-samar bintik-bintik coklat di wajahnya, khas orang Inggris.
“Aunt Aesy, kenapa belum tidur?”
“Nanny sendiri kenapa belum tidur?”
Aku mengembalikan pertanyaannya. Dia melepaskan pelukannya kemudian merapikan rambutnya sambil berkata;
“Nanny sudah disuruh tidur sama Mom Jenny, tapi Nanny tidak bisa tidur. Nanny ingat kakak. Nanny mau ketemu kak Kevin. Aunt Aesy mau temani Nanny mencari Kak Kevin?”
Oh, pertanyaan itu lagi. Nanny sudah berkali-kali memintaku untuk menemaninya mencari orang yang benama Kevin itu. Entah orang itu hanya khayalannya saja atau bagaimana, aku juga tidak tahu. Mungkin itu hanya khayalannya dia. Tapi, matanya terlihat berbinar. Dia jujur.
Lalu terdengar seruan lantang, sumbernya dari lantai bawah. Rent house yang kutempati terdiri dari empat lantai. Pemilik rumah, Jefferson family, tinggal di lantai dasar. Aku menyewa lantai dua. Sebenarnya pada awalnya aku mengincar lantai empat, karena viewnya yang luar biasa, apalagi kalau sore hari dan malam yang cerah. Tapi aku keduluan oleh seorang gadis Amerika, namanya Sameerah Nicole. Dia juga seorang muslimah berjilbab.
“Nanny, it’s your bed time!! I’ll not let you be a sleepy Nanny in your choir class tomorrow!!”
“…”
Tak ada jawaban dari Nanny. Ia hanya mengerdip-ngerdipkan mata. Ia menggigit bibir bawahnya, sedangkan bahunya agak menurun. Ia kesal. Ia berkali-kali berbalik ke pintu rent roomku, yang terhubung dengan tangga ke lantai bawah. Ia menarik nafas lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku. Ia berbisik.
“Aunt Aesy, we will find brother Kevin. But, not now. Aku harap Aunt Aesy mau membantuku.”
“ok dear. Don’t worry.” Aku menenangkannya.
“I love you Aunt Aesy!”
“I love you too…my nice Nanny.”
Nanny tersenyum. Gadis 7 tahun itu berlari ke arah tangga. Irama kakinya cepat dan teratur menapaki tiap anak tangga. Tak lama, terdengar suara teguran. Ia dimarahi.
Aku larut dalam iba.
Tapi, sama sepertiku, aku juga punya kesedihan.

0 komentar: